Tiba-tiba kepikiran tentang emansipasi perempuan. Gwe ngerasa kita perempuan yang hidup dijaman sekarang amat cukup beruntung, karena kita bisa memilih untuk mengabdikan diri dirumah atau berkarya diluar rumah. Berbeda dengan perempuan jaman dulu, ketika terlahir jadi perempuan, sudah otomatis kita akan dididik untuk menjadi anak yang nantinya akan mengabdikan diri bagi keluarganya. Memang ada beberapa orang perempuan jaman dulu masih bisa berkarya dan berkiprah di dunia luar rumah, namun hanya mereka yang benar-benar mempunyai pemikiran yang maju bisa berkiprah di luar rumah. Buat mereka yang punya pikiran yang standard kaya gwe ya pilihan satu-satunya hanya tinggal dirumah menghabiskan waktu dengan segala urusan domestik yang ga ada habisnya. Coba bandingkan jaman sekarang, semua perempuan tanpa terkecuali bisa mempunyai kegiatan dan kesempatan yang hampir sama denga pria diluar rumah, tinggal memilih mau tinggal dirumah atau berkarya diluar rumah.
Anyway... sebenernya gwe ga mau bahas masalah pilihan mau berkarya diluar rumah atau di dalam rumah siy. Tapi gwe lebih ingin ngebahas tentang pilihan beberapa perempuan yang memilih untuk "menghabiskan" waktunya dirumah mengurus segala tetek bengek rumah tangga dari pagi sampai pagi yang tak bertepi (hallah).
Gwe sendiri memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Bukan karena termakan beberapa meme yang menyatakan keutamaan perempuan yang tinggal dirumah siy. Bahkan meme-meme yang menyanjung-nyanjung ibu rumah tangga itu baru gwe kenal setelah gwe beberapa bulan menjadi ibu rumah tangga yang desperado haha. O iya, ini tulisan intinya juga lagi-lagi bukan mengenai alasan gwe kenapa jadi IRT ya, tapi ada hal lain yang ingin gwe tulis tentang kehidupan IRT di tulisan ini. Ah emang suka ga jelas deh gwe hehehe... yu ah to the point aja.
Jadi gwe kepikiran bikin tulisan ini karena gwe ngeliat di lingkungan gwe yang rata-rata emang IRT, kok gwe ngerasa rata-rata para ibu ini seperti kehilangan semangat hidup. Dan entah kenapa ggwe kadang juga ngerasain hal yang sama. Apalagi ketika anak udah mulai ga bisa diajak kompromi, rumah tampak seperti kapal yang habis perang, kondisi tubuh yang lagi ga fit, makin aja berasa pengen ditelan bumi. Gwe lihat juga rata-rata suami mereka juga tipe suami yang jaman dulu bangeeet, dimana semua urusan domestik itu emang urusan perempuan, tugas laki ya cari duit buat ngasih makan sekeluarga. Suami pulang kerja cape, waktunya kongkow sama bapak-bapak tetangga, istri pontang panting dirumah sabodo teuing, yang penting "gwe udah kasih duit buat makan". Banyak suami ga sadar, ketika perempuan memutuskan untuk tinggal dirumah, memang sebagian karena mereka tak punya pilihan lain, tapi sebagian dari mereka masih mempunyai pilihan, tapi mereka tak melirik pilihan untuk keluar dari rumah itu. Sebagian perempuan terkadang harus berjuang untuk memantapkan hatinya agar tak tergoda untuk "melarikan" diri dari kemotonan hidup yang dia jalani sekarang. Banyak suami yang tidak menyadari, istri mereka butuh penghargaan dari apa yang telah mereka perjuangkan, bukan hanya dianggap suatu hal yang biasa saja.
Mungkin bagi sebagian perempuan, diam dan tinggal dirumah itu memanglah suatu hal yang wajar ketika dia menikah dan punya anak. Tapi bagi sebagian perempuan yang hidupnya terbiasa berpetualang, menikah, punya anak dan tinggal diam dirumah itu membutuhkan perjuangan. Kalo gwe pribadi, memang untuk diam dan tinggal dirumah itu butuh perjuangan. Karena selama ini, gwe terbiasa bebas ngelakuin apa saja yang gwe mau. Tapi gwe berusaha, meluruskan niat gwe semata-mata untuk ibadah. Walopun gwe lebih sering senewennya daripada bener haha. Tapi gwe berusaha buat perbaiki diri, walopun masih belum kliatan hasilnya siy.
Tapi yang jelas, seorang istri juga butuh untuk diakui kalau dia juga manusia yang mempunyai kebutuhan untuk diakui keberadaannya. Bukan hanya objek yang untuk melengkapi kebutuhan pria.
Yasudah, itu aja siy pemikiran acakadut gwe kali ini.